Kursi dilempar dan meja tumbang,
Tangan bersenjatakan botol pecah,
Tak ada kesempatan untuk menang tapi,
Kami tidak lari, kami tidak lari.

Ada titik yang sepertinya kita lewatkan,
Itu ada di udara saat kita mengangkat tinju kita,
Dalam senyuman yang kita lemparkan satu sama lain,
Saudaraku perempuan, saudaraku laki-laki.

Tentang waktu kami menyerah dan
Kami tidak pernah menemukan gembok ini masih terbuka,
Terjatuh pada batu yang belum terbalik,
Rasa sakit yang kita rasakan, kita semua telah menemukannya.

Garis yang kita lewati dalam mencari perubahan, tapi yang mereka lihat hanyalah pengkhianatan

Meski kita tidak memiliki kewajiban, untuk tetap hidup
Dengan punggung yang patah kami memohon belas kasihan, kami akan bertahan
(Berontak) Aku tidak akan ditinggalkan di sini
Di balik pintu tertutup.

Api unggun membakar seperti mercusuar,
Membimbing yang tersesat dan lemah.
Api menari di atas ombak yang hancur,
Membimbing kapal yang telah tersesat

Waktu istirahat, mari berhenti dan pikirkan ini,
Kita semua punya hal yang lebih baik untuk dilakukan,
Berbicara dalam lingkaran berlari di tempat,
Jawaban hanya beberapa inci dari wajahku.

Meski kita tidak memiliki kewajiban, untuk tetap hidup
Dengan punggung yang patah kami memohon belas kasihan, kami akan bertahan
(Berontak) Aku tidak akan ditinggalkan di sini
Di balik pintu tertutup.

Mata hitam, jari patah,
Darah menetes dan aku biarkan mengalir ke bibirku dan ke gusi bengkakku
Ketika harapan tidak ada,
Insting kita semua berteriak, "Lari",
Kami tidak pernah membelakangi atau bahkan menggigit lidah kita.

Meski kita tidak memiliki kewajiban, untuk tetap hidup
Dengan punggung yang patah kami memohon belas kasihan, kami akan bertahan
(Berontak) Aku tidak akan ditinggalkan di sini
Di balik pintu tertutup.

Meski kita tidak memiliki kewajiban, untuk tetap hidup
Dengan punggung yang patah kami memohon belas kasihan, kami akan bertahan
(Berontak) Aku tidak akan ditinggalkan di sini
Di balik pintu tertutup.

VIEW ORIGINAL LYRICS