Sengkoeni is a song in Malay
Jalan kebarat mencari ilmu yang dimaksut.
Dikedip mata Sengkuni datang tuk menghasut.
Belum sampai Ia terlena, niat memuai karena,
Gelap hati jadi diguna-guna.
Kaki gunung merapi, asal ku dikenali.
Tekat berapi-api, metronompun berlari.
Jiwa yang tersontak bakar irama dalam syair.
Diatas tahta mantra-mantra yang mengalir.
Akal tak sehat, memilih jalur cepat.
Didalam kegelapan merapal kalimat sesat.
Menanam susuk guna melawan dunia?
Ragukan kuasa Tuhan kau takkan bertahan lama.
Jalan begitu panjang kadang mulus juga kadang berlubang.
Setiap goresan luka terukir menjadi sejarah dikala ku berjuang.
Ikut serta disetiap peluang.
Mental ini kan terus kujaga takkan pernah hilang.
Terus terngiang,
Walau nanti ragaku terkubur dalam liang.
Kehabisan akal semua jurus andalanmu kuratakan.
Takkan mempan, musik kami akan terus gentayangan.
Jalan kebarat mencari ilmu yang dimaksut.
Dikedip mata Sengkuni datang tuk menghasut.
Belum sampai Ia terlena, niat memuai karena,
Gelap hati jadi diguna-guna.
Orang bilang katanya putra Pemalang.
Aku tak heran ketika seni dipangan walang.
Kuasane wes ilang, dihanyutkan oleh uang.
Kalo nggak kelar bisa bayar lewat belakang.
Menawi mboten purun, cobo dieling-eling.
Sebuah kata permataku seperti kau pukul maling.
Empat kali enam kah? dua empat kali langkah.
Dua puluh kutelan, sisanya akan binasa.
Dapatkan cuan haram naik panggung sawer biduan.
Langsung terlena ketika empat mata saling bertatapan.
Beralih mistis, pertanda jiwa pesimis.
Berangan jadi masinis, bayaran tatapan sinis.
Pergi ke mbah Dukun minta mantra ingin sakti katanya.
Diberi katalog ilmu berupa-rupa warna.
Untuk cinta, untuk tahta, untuk semua ilmu gelap.
Yang lupa jikala Sang Esa tak pernah terlelap.