Jalan berjalan perjalanan tak slalu sejalan
pencarian pelarian secara pelan-pelan
pahit obat hidup beban banyak tertelan
selangkangan sakit saat merakit jalanan

tak ada teduh menyeduh kopi tuk berteduh
dobrak patuh yang kadang selalu runtuh
cemara nyaman seperti sedang kuunduh
namun sambungan tak ada tapi aku yang tertuduh

bergantung pada indung malah tersandung
bendung bencana datang, ku bertiga rasa sulung
gulung tikar, polusi susah selalu masuk hidung
kuhirup dengan senyum sampai kapan ini berlangsung

kantung merah, air mata merah, dan berpasrah
tanpa amarah terimakasih aku berserah
terserah tapi ku coba agar tak tambah parah
semoga pagi esok dapat terbangun tak ada gerah

di tanah merah sedang cari cemara
di tanah merah bingung cari kemana
cari tempat teduh agar hilang rana
bukan tempat singgah bukan dwimatra

memang saatnya untuk keluar dari sanggar
tak sanggup hingar bingar yang selalu membakar
karena merah, terkadang panas mencakar
apakah harus pergi dari kawasan selingkar

kawan mulai pergi mencari harga diri
musuh mulai hilang, terkadang malah lari
apa yang dicari? tenang genangan hijau
duri duri merah di punggung ganggu memukau

nyaman apakah hanya kata yang bisa dirasa
karna jika benar mungkin sudah kuteguk air raksa
memaksa dipaksa untuk membangun perlindungan
tameng terlelap menunggu jauh dalam angan

sepasang sepatu dengan sol coklat melepas
kadang slalu tak sanggup untuk lepas landas
apa itu arti, jika tanah terlihat sakti
merubah naik turun serasa hidup dan mati

di tanah merah sedang cari cemara
di tanah merah bingung cari kemana
mencari tempat teduh agar hilang rana
bukan tempat singgah bukan dwimatra