Ku awali dengan do'a tuk jaga ku berperilaku.
Simpan takut dalam saku, lumasi karat dipaku.
Selagi ada waktu, cairkan lidah yg kaku.
Dari aku untuk aku ini semwa tentang aku

Masalalu menampar, ajar, kuat bertumpu.
Tersesat dan terdampar, sabar, dalam menunggu.
Ayat demi ayat kubelai lembut nan mesra.
Hasrat dengan luka lama tumpangi bak kama sutra.

Ku tak pulang, bukan hilang, puaskan ambisi yg tak terbilang.
Sempat bimbang, keras memang, terjebak saat kucari tanda silang.
Tak enggan bertanya meski kerap kali ku tertipu.
Rupa rupa jawaban rupa murka sipaling tau.

Melirik dan mengira ku hanya diam dimenara.
Lama swara terpenjara kini bebas hirup udara.
Diantara, sekian cara, haramkan gara gara.
Tak mreka semua tahu ada jejak juga darah.

Berdansa kudiatas realita.
Menggali asa dilumbung derita.
Angan sakit rasa rindu tak berwarna.
Indah dimata, senyum tawa, yang mereka percaya.

Tersurat diamsal ada letih ku pendam.
Tersirat dibayang janji gagal kugenggam.
Terlena senja sempat ku ikut terbenam.
Terseok dan jatuh dendam, gagal kuredam.

Memaksa jadi dewasa demi harga diri dan asa.
Mencoba jadi perkasa berpondasi nama angkasa.
Mengejar durasi, coba beradaptasi.
Sering mreka batasi, jiwa berontak ku beraksi.

Dibawah bumi sang mega mekar insan terbalut duri.
Tell 'em bout my journey, no, siapa peduli.
Menuli, maka kucoba menulis.
Penuhi, birahi ego idealis.

After koma ku yg kedua, jiwa muda ku tak menua.
Kan hingga otak dan jantung tak lagi satu irama.
Masih haus berlagu, lalu kesampingkan ragu.
Dari aku untuk aku ini semua tentang aku.

Berdansa kudiatas realita.
Menggali asa dilumbung derita.
Angan sakit rasa rindu tak berwarna.
Indah dimata, senyum tawa, yang mereka percaya.