Dalam panggung kasur putih,
Jarum berdansa di atas alunan nadi,
Darah mengalir bagai melodi
Dalam orkestra simfoni pedih

Di balik tirai penderitaan, ia adalah penyair,
Menorehkan harmoni dalam tiap tusukan,
Menghapus jejak racun tanpa gusar,
Menyulam kembali benang takdir yang pudar.

Setiap tusukan adalah sentuhan sutra,
Menyulam kehidupan di jalinan asa,
Jarum sang penari, dalam tarian mesrah,
menyapu derita dari jiwa yang lelah.

Setiap tusukan adalah sentuhan sutra,
Menyulam kehidupan di jalinan asa,
Jarum sang penari, dalam tarian mesrah,
menyapu derita dari jiwa yang lelah.

Dalam panggung kasur putih,
Jarum berdansa di atas alunan nadi,
Darah mengalir bagai melodi
Dalam orkestra simfoni pedih

Di balik tirai penderitaan, ia adalah penyair,
Menorehkan harmoni dalam tiap tusukan,
Menghapus jejak racun tanpa gusar,
Menyulam kembali benang takdir yang pudar.

Setiap tusukan adalah sentuhan sutra,
Menyulam kehidupan di jalinan asa,
Jarum sang penari, dalam tarian mesrah,
menyapu derita dari jiwa yang lelah.

Di balik tirai penderitaan, ia adalah penyair,
Menorehkan harmoni dalam tiap tusukan,
Menghapus jejak racun tanpa gusar,
Menyulam kembali benang takdir yang pudar.

Setiap tusukan adalah sentuhan sutra,
Menyulam kehidupan di jalinan asa,
Jarum sang penari, dalam tarian mesrah,
menyapu derita dari jiwa yang lelah.

Setiap tusukan adalah sentuhan sutra,
Menyulam kehidupan di jalinan asa,
Jarum sang penari, dalam tarian mesrah,
menyapu derita dari jiwa yang lelah.