Di balik baju zirah yang berkilauan,
Hidup seorang kesatria yang penuh keberanian.
Dengan pedang di tangan, dia melindungi negeri,
Namun hatinya terjebak di desa yang damai.


Oh, sang kesatria yang tampan dan gagah berani,
Cintanya tumbuh pada gadis desa yang manis.
Di antara pertempuran dan malam yang sepi,
Mereka berdua bermimpi akan hari yang indah.

Di ladang yang hijau, dia menemuinya,
Tersenyum lembut, seperti sinar mentari pagi.
Dengan tawa riang, mereka bicara tentang impian,
Di bawah langit biru, mereka mengukir kenangan.

Oh, sang kesatria yang tampan dan gagah berani,
Cintanya tumbuh pada gadis desa yang manis.
Di antara pertempuran dan malam yang sepi,
Mereka berdua bermimpi akan hari yang indah.

Meski dunia penuh dengan tantangan,
Cinta mereka tetap kokoh bagai batu karang.
Takkan ada yang memisahkan hati mereka,
Selama bulan dan bintang masih bersinar terang.

Oh, sang kesatria yang tampan dan gagah berani,
Cintanya tumbuh pada gadis desa yang manis.
Di antara pertempuran dan malam yang sepi,
Mereka berdua bermimpi akan hari yang indah.

Ketika kesempatan dan damai tiba,
Kesatria kembali ke desa yang indah.
Di sana, bersama gadis yang dicintainya,
Mereka hidup bahagia, selamanya abadi.